Mahasiswa Memperdalam Pemahaman Tentang Kesehatan Jiwa Melalui Peninggalan Zaman Kolonial.

April 28, 2018, oleh: superadmin

Dalam rangka Kuliah Lapangan yang dilaksanakan pada, Jumat, 27 April 2018, sebanyak 27 mahasiswa Konsentrasi Konseling Islam Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)  berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr. Rajiman Wediodiningrat, Lawang, Kabupaten Malang.
Adapun rangkaian kegiatan kuliah lapangan di RSJ Lawang, panggilan RSJ Dr. Rajiman yang lebih dikenal masyarakat, terdiri dari berbagai kegiatan. Di awal kegiatan, mahasiswa mendapatkan penjelasan mengenai profil rumah sakit dari Kepala Instalasi Diklit, Ibu Ngesti Rahayu, S.Sos. Ibu Yayuk panggilan akrab beliau, menuturkan bahwa RSJ Lawang sudah berdiri sejak zaman Belanda sehingga menyimpan banyak benda terkait dengan upaya penanganan masalah kesehatan jiwa sejak zaman kolonial. Benda-benda tersebut tersimpan di Museum Kesehatan Jiwa, Lawang yang berada dalam kompleks RSJ.
Status RSJ Lawang sebagai RSJ kedua tertua di Indonesia setelah RSJ di Bogor menjadi salah satu alasan ketertarikan mahasiswa untuk melakukan kuliah lapangan ke institusi tersebut. Menjadi menarik bagi mahasiswa untuk mengaji sejarah RSJ yang berarti juga merupakan pengajian tentang sejarah kesehatan mental di Indonesia. Dengan mengaji sejarah kesehatan mental tersebut, mahasiswa akan semakin mendapatkan tambahan pengetahuan tentang dinamika kesehatan jiwa. Berbagai sejarah tersebut disimpan dan dilestarikan dengan rapi di Museum Kesehatan Jiwa Lawang. Sehingga mahasiswa berkunjung ke museum tersebut di akhir kegiatan kuliah lapangan di RSJ Lawang.

Bapak Mashad, SE selaku pengelola museum, menyambut baik kunjungan mahasiswa untuk belajar di museum. Beliau menjelaskan waktu buka museum adalah Senin-Jum’at sesuai jam kerja RSJ yang merupakan insitusi pengelola museum, yaitu jam 08.00-15.00 WIB. Letak musem masih berada di dalam lingkungan rumah sakit sehingga untuk mencapainya dari RSJ cukup berjalan kaki.
Di antara peninggalan zaman kolonial yang dipamerkan di musem yaitu perlengkapan administrasi rumah sakit, perlengkapan ilmiah, perabotan, dan peralatan terapi gangguan jiwa. Perlengkapan terapi yang dipamerkan adalah terapi seni, rekreasional, dan hydropathy. Koleksi terapi seni yang menarik adalah lukisan-lukisan karya pasien yang menggambarkan dinamika jiwa pasien. Dipamerkan juga beberapa alat pasung yang didapatkan dari proses pemberantasan pasung oleh pemerintah melalui RSJ.
Berbagai peninggalan tersebut dapat mengambarkan perkembangan keilmuan kejiwaan di Indonesia yang panjang. Selain itu, terlihat juga perkembangan perlakuan terhadap ODGJ di Indonesia, mulai dari perlakuan tidak manusiawi terhadap ODGJ di masyarakat hingga terapi-terapi manusiawi yang dilakukan oleh praktisi kesehatan jiwa. Yang terpenting, dengan mengamati peninggalan tersebut, mahasiswa dapat memahami kehidupan keseharian ODGJ yang sama seperti manusia pada umumnya yaitu melakukan kegiatan keseharian biasa saat tidak memunculkan simtomnya. Lebih dari itu, mahasiswa juga dapat semakin mendalami dinamika jiwa ODGJ dengan melihat berbagai karya seni yang mereka hasilkan. (CS/SR/OM)