Milad FAI UMY ke 54 menghadirkan Prof. Dr Mariam Ait Ahmed

November 20, 2012, oleh: superadmin

Yogyakarta, Kuliah Umum dengan tema “Penguatan Lembaga Pendidikan Islam sebagai Pilar Dialog Peradaban dan Perdamaian” (19/11) menghadirkan Prof. Dr. Mariam Ait Ahmed dari Ibnu Tufail University Marocco ini diselenggarakan dalam rangka Milad FAI UMY yang ke-54, dalam acara ini Prof. Dr. Din Syamsuddin ikut memberikan sambutan mengenai pentingnya mencegah tindak kekerasan yang yang tidak akan pernah dibenarkan dalam sejarah perdamaian pada masa apapun. Rektor UMY Ir Dasron Hamid juga turut memberikan sambutan sera memperkenalkan UMY kepada Prof. Dr Mariam, Ia berharap kehadiran Prof. Mariam juga di UMY menjadi pilar utama kerjasama antara dua perguruan tinggi antar negara khususnya UMY dan Tufail University dalam berbagai kegiatan positif.
Dunia saat ini, sebagaimana kelanjutan dari sejarah masa lalu, dihadapkan pada potensi dan fenomena konflik yang sedemikian memanas. Mulai dari konflik dan perang antar-negara, penguasa dan oposisi, konflik horizontal antar-massa hingga konflik individual yang eskalasinya meningkat menjadi konflik sosial. Terlepas dari adanya anggapan bahwa perang dan konflik kerapkali menjadi kondisi darurat yang harus dialami, kehadirannya telah menimbulkan korban yang tidak sedikit. Bukan hanya korban fisik, tetapi juga penderitaan psikologis, sosial dan ekonomi yang berkepanjangan.
Sejak Huntington mempublikasikan bukunya, The Clash of Civilization, sebagian masyarakat dibayangi kembali oleh sebuah kemungkinan pertunjukan perang di masa depan. Perang itu bukan sekedar perang fisik, tetapi juga perang peradaban dan ilmu pengetahuan. Pada level ‘perang’ yang terakhir ini seolah-olah tidak berbahaya dibandingkan perang fisik (physical war). Namun demikian, jantung dari berbagai perang sebenarnya adalah karena ketiadaan pemahaman yang menyeluruh atas hakikat dan posisi peradaban manusia yang hendak dibangun bersama ini. Tentu saja, ini bukan kepentingan untuk menciptakan dunia yang monolitik dalam pengertian ideologis, tetapi kesepahaman dari berbagai bangsa tentang pembangunan peradaban kemanusiaan yang bermartabat, saling menghormati dan tidak saling menistakan. Al-Qur’an sendiri sebenarnya telah menegaskan bahwa Islam sebagai agama paripurna diturunkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Upaya memperkuat kembali dialog antar-peradaban, kebudayan, bangsa dan komunitas di berbagai kawasan di dunia ini telah sedemikian penting. Perlu dicatat, berbagai hubungan multilateral dan bilateral antar-Negara yang bercorak politis sebenarnya penting, tetapi tidak cukup. Dalam konteks penyemaian dialog peradaban dan perdamaian ini, proposal ini ingin mengajukan satu diskursus penting tentang perlunya penguatan institusi pendidikan—terutama pendidikan Islam—sebagai pilar dan basis dialog antar-peradaban dan perdamaian. Sebagaimana diketahui, lembaga pendidikan merupakan arena pertemuan generasi muda dari berbagai latar belakang, baik agama, budaya, tradisi maupun ekonomi. Interaksi pendidikan ini merupakan modal penting untuk penciptaan iklim komunikasi yang sehat, kesepahaman dan tanggung jawab antar sesame untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan adil.
Meskipun lembaga pendidikan merupakan tempat yang cukup ideal untuk penyemaian ideologi ‘dialog’ dan ‘damai’, eksistensinya bukan berarti tidak bermasalah. Dari berbagai peristiwa, sejumlah lembaga pendidikan seperti sekolah, madrasah atau pesantren di Indonesia—mungkin juga di Negara lainnya—juga diwarnai dengan proses sosialisasi tindak kekerasan. Contoh lain dari fenomena sejumlah Universitas di Israel adalah kontribusi mereka dalam memproduksi dan mereproduksi kekerasan dan persenjataan untuk mengintimidasi warga Palestina (lihat, BRICUP, 2007). Ini berarti bahwa, secara internal, lembaga-lembaga pendidikan juga memiliki tantangan dan problemnya sendiri. Dengan demikian, berkaitan dengan ide penguatan lembaga pendidikan sebagai basis dialog peradaban dan perdamaian ini, tantangan yang tidak mudah juga adalah bagaimana lembaga pendidikan melakukan reformasi diri untuk menjadi pusat percontohan dalam membangun peradaban yang harmonis, bermartabat dan bertanggung jawab.