Kuliah Pakar Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UMY bertajuk “Motivasi dan Kesehatan Mental dalam Perspektif Psikologi Islam”

Desember 30, 2016, oleh: superadmin


Pakar Psikologi Islam, Dr. Bagus Riyono, M.A menyatakan Kunci Kesehatan Mental ada dua yaitu, bisa menerima kenyataan dan bisa membedakan antara kenyataan dan kebenaran. Seseorang yang tidak bisa menerima kenyataan susah untuk tenang, dan selalu gelisah dalam hidupnya. Dalam agama, bentuk sederhana dari menerima kenyataan yaitu bersyukur. Bersyukur menuntun kita untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif dari hidup.
Hal ini disampaikan olehnya dalam Kuliah Pakar yang diadakan oleh program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bertajuk “Motivasi dan Kesehatan Mental dalam Perspektif Psikologi Islam” di Ruang Sidang Ar. Fachrudin B lt.5 Kampus Terpadu UMY, Rabu (28/12)
Dr. Bagus Riyono menjelaskan bahwa untuk merasa sehat, manusia harus berlatih menerima kenyataan dalam hidup. “Ada tiga hal kenyataan yang harus diterima manusia : Ketidakpastian masa depan, Ketidakberdayaan manusia dan Kebebasan manusia. Dan ada konsekuensi dari tiga hal tadi yang harus kita sadari yaitu kenyataan adanya ketidakpastian masa depan maka kita dituntut jangan pernah kehilangan harapan, adanya ketidakberdayaan manusia maka kita harus memilih pegangan yang kuat, dan adanya kebebasan maka manusia harus bertanggung jawab,” jelasnya.
Untuk itu, menurutnya kita harus pintar-pintar mengelola dan meramu tiga hal tadi menjadi ramuan untuk mencapai kesehatan mental. “Pasalnya Kesehatan Mental tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja. Kesehatan Mental bersifat multidimensional, yaitu dilihat dari berbagai sisi,”imbuhnya.
Dr. Bagus juga menyatakan dalam menghadapi kenyataan Manusia pada dasarnya akan berpegang pada empat hal yaitu materi, orang lain, diri sendiri, dan sesuatu yang gaib. Menurutnya, keempat hal tadi membentuk struktur pegangan yang penting dalam mencapai kesehatan mental. “Kita harus melihat diri kita dan orang lain sama dan sejajar kedudukannya. Materi digunakan sebagai alat atau sarana terakhir dalam menjalani kehidupan dan kedudukannya ada di paling bawah. Lalu pada akhirnya kita menyadari dan menerima hanya kepada Allah kita berharap,”paparnya.
Senada dengan Dr. Bagus, Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J., Ph.D dosen Ilmu Keperawatan UMY yang juga menjadi pembicara menyatakan bahwa sebagai orang mu’min sudah sepantasnya mempunyai pegangan dalam hidup. Dan bagi orang Islam, pegangan tersebut adalah Al-Qur’an dan hadist. “Al-Qur’an dan hadist sebagai pegangan hidup bagi kita. Sudah seharusnya kita yakini dan dalami secara menyeluruh,”tandasnya.
Dalam penutupnya, Shanti mengkritik anggapan yang salah mengenai orang awam yang menganggap bahwa Kesehatan mental selalu dikaitkan dengan gangguan mental. “Orang-orang selalu saja menganggap kesehatan mental adalah gangguan mental. Padahal keduanya berbeda, untuk menuju ke gangguan mental ada rentang dan tingkatannya. Dan juga jangan remehkan gangguan kesehatan mental, pasalnya gangguan mental juga dapat mempengaruhi fisik,” imbuhnya. Repost: Bagas-BHP UMY